KMB III
PEMERIKSAAN
FISIK ENDOKRIN
Dosen
pembimbing :
NS.RENY
PORDANINGSIH,S.Kep,MKM
Disusun oleh
Sri lestari
AKADEMI
KEPERAWATAN GARUDA PUTIH
JAMBI
TAHUN AKADEMIK
2012/2013
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang
Maha Esa, karena berkat rahmat dan karunianya penulis dapat menyelesaikan
makalah maternitas.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen
pembimbingNs.Reny pordaningsih.S.kep dalam penulisan makalah
ini.Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu
dalam pembuatan makalah ini.
Kami
menyadari teknik menyusun dan materi yang kami sajikan ini masih jauh dari pada
sempurna, dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan refenrensi yang dimiliki
oleh penulis. Untuk itu Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca untuk perbaikan di masa yang akan datang.
Jambi
24 maret 2012
penulis
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Pemeriksaan fisik pada
sistem endokrin mungkin dapat dilakukan hanya sebagian dari
keseluruhan pengkajian.
atau mungkin sebagian sudah dapat diatasi sendiri oleh klien dengan
pengetahuan dan
kecurigaan terhadap masalah fungsi endokrin.
Persiapan Satu-satunya
organ endokrin yang dapat dipalpasi adalah kelejar tiroid. Bagaimanapun
pengkajian lainnya dapat memperlihatkan informasi mengenai masalah endokrin
termasuk inspeksi pada kulit. rambut dan kuku. raut muka. refleks dan sistem
muskuloskeletal. Pengukuran tinggi dan berat badan sangat penting seperti
tanda-tanda vital yang juga
memperlihatkan petunjuk
terhadap ketidakmampuan fungsi sistem endokrin. Klien mungkin duduk setelah
melakukan latihan. Refleks hammer digunakan untuk tes refleks tendon bagian
dalam. Utamakan latihan, perawat mengumpulkan peralatan penting dan menjelaskan
teknik kepada. klien untuk mengurangi cemas. Penambahan teknik untuk mengkaji
hipokalsemia, tetanus. Komplikasi terhadap kekacauan endokrin termasuk urutan
latihan.
1.2
Tujuan
1.
Memahami pemeriksaan fisik system
endokrin
2.
Mengetahui mamfaat pemeriksaan fisik
endokrin
3.
Mengetahui macam-macam pemeriksaan fisik
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pemeriksaan
fisik
Melalui pemeriksaan fisik ad dua
aspek utama yang dapat di gambarkan yaitu:
1. Kondisi
kelenjar endokrin
2. Kondisi
jaringan atau organ sebagai dampak dari kondisi endokrin
Pemeriksaan
fisik terhadap kondisi kelenjar hanya dapat dilakukan terhadap kelenjar tiroid
dan kelenjar gomad pria (testes). Secara umum,teknik pemeriksaan fisik yang
dapat dilakukan dalam memperoleh berbagai penyimpangan fungsi adalah :
1) Inspeksi
Disfungsi sistem endokrin akan menyebabkan perubahan fisik sebagai dampaknya terhadap pertumbuhan dan perkembangan, kesembangan cairan dan elektrolit , seks dan reproduksi, metabolisme dan energi.Berbagai pperubahan fisik dapat berhubungan dengan satu atau lebih gangguan endokrin, oleh karena itu dalam melakukan pemeriksaan fisik, perawat tetap berpedoman pada pengkajian yang komprehensif dengan penekanan pada gangguan hormonal tertentu dan dampaknya terhadap jaringan sasaran dan tubuh secara keseluruhan. Jadi menggunakan pendekatan head-to-toe saja atau menggabungkannya dengan pendekatan sistem, kedua-duanya dapat digunakan
Pertama-tama, amatilah penampilan umum klien apakah tampak kelemahan berat, sedang dan ringan dan sekaligus amati bentuk dan proporsi tubuh.
Disfungsi sistem endokrin akan menyebabkan perubahan fisik sebagai dampaknya terhadap pertumbuhan dan perkembangan, kesembangan cairan dan elektrolit , seks dan reproduksi, metabolisme dan energi.Berbagai pperubahan fisik dapat berhubungan dengan satu atau lebih gangguan endokrin, oleh karena itu dalam melakukan pemeriksaan fisik, perawat tetap berpedoman pada pengkajian yang komprehensif dengan penekanan pada gangguan hormonal tertentu dan dampaknya terhadap jaringan sasaran dan tubuh secara keseluruhan. Jadi menggunakan pendekatan head-to-toe saja atau menggabungkannya dengan pendekatan sistem, kedua-duanya dapat digunakan
Pertama-tama, amatilah penampilan umum klien apakah tampak kelemahan berat, sedang dan ringan dan sekaligus amati bentuk dan proporsi tubuh.
Pada pemeriksaan wajah, fokuskan pada
abnormalitas struktur, bentuk dan ekspresi wajah seperti bentuk dahi, rahang
dan bibir.pada mata amati adannya edema periorbita dan exopthalmus serta apakah
ekspresi wajah datar atau tumpul. Amati lidah klien terhadap kelainan bebtuk
dan penebalan,
ada tidaknya
tremor pada saat diam atau bila digerakkan. Kondisi ini biasanya terjadi pada
gangguan tiroid. Didaerah leher, apakah leher tampak membesar, simetris atau
tidak. Pembesaran leher dapat disebabkan pembesaran kelenjar tiroid dan untuk
meyakinkannya perlu dilakukan palpasi.Distensi atau bendungan pada vena
jugularis dapat mengidemtifikasikan kelebihan cairan atau kegagalan jantung.
Amati warna kulit(hiperpigmentasi atau hipopigmentasi) pada lehe, apakah merata
dan cacat lokasinya dengan jelas. Bila dijumpai kelainan kulit leher, lanjutkan
dengan memeriksa lokasi yang lain di tubuh selakigus. Infeksi jamur, penembuhan
luka yang lama, bersisik dan petechiae lebih sering dijumpai pada klien dengan
hiperfungsi adrenokortikal. Hiperpigmentasi pada jari, siku dan lutut dijumpai
pada klien hipofungsi kelenjar adrenal.Vitiligo atau hipopigmentasi pada kulit
tampak pada hipofungsi kelenjar adrenal sebagai akibat destruksi melanosit
dikulit oleh proses autoimun.
Hipopigmentasi
biasa terjadi di wajah, leher, dan ekstremitas. Penumpukan masa otot yang
berlebihan pada leher bagian belakang yang biasa disebut Bufflow neck atau
leher/punuk kerbau dan terus sampai daerah clavikula sehingga klien tampak
seperti bungkuk, terjadi pada klien hiperfungsi adrenokortikal.
Amati bentuk
dan ukuran dada, pergerakan dan simetris tidaknya.
Ketidakseimbangan hormonal khususnya hormon seks akan menyebabkan perubahan tanda seks sekunder, oleh sebab itu amati keadaan rambut axila dan dada. Pertumbuhan rambut yang berlebihan pada dada dan wajah wanita disebut hirsutisme. Pada buah dada amati bentuk dan ukuran, simetris tidaknya, pigmentasi dan adanya pengeluaran cairan. Striae pada buah dada atau abdomen sering dijumpai pada hiperfungsi adrenokortikal.Bentuk abdomen cembung akibat penumpukan lemak centripetal dijumopai pada hiperfungsi adrenokortikal.Pada pemeriksaan genetalia, amati kondisi skrotum dan penis juga klitoris dan labia terhadap kelainan bentuk.
Ketidakseimbangan hormonal khususnya hormon seks akan menyebabkan perubahan tanda seks sekunder, oleh sebab itu amati keadaan rambut axila dan dada. Pertumbuhan rambut yang berlebihan pada dada dan wajah wanita disebut hirsutisme. Pada buah dada amati bentuk dan ukuran, simetris tidaknya, pigmentasi dan adanya pengeluaran cairan. Striae pada buah dada atau abdomen sering dijumpai pada hiperfungsi adrenokortikal.Bentuk abdomen cembung akibat penumpukan lemak centripetal dijumopai pada hiperfungsi adrenokortikal.Pada pemeriksaan genetalia, amati kondisi skrotum dan penis juga klitoris dan labia terhadap kelainan bentuk.
2) Palpasi
Kelenjar tiroid dan testes, dua kelenjar yang dapat diperiksa melalui rabaan. Pada kondisi normal, kelenjar tiroid tidak teraba namun isthmus dapat diraba dengan menengadahkan kepala klien. Lakukan palpasi kelenjar tiroid perlobus dan kaji ukuran, nodul tinggal atau multipel, apakah ada rasa nyeri pada saat di palpasi.
Kelenjar tiroid dan testes, dua kelenjar yang dapat diperiksa melalui rabaan. Pada kondisi normal, kelenjar tiroid tidak teraba namun isthmus dapat diraba dengan menengadahkan kepala klien. Lakukan palpasi kelenjar tiroid perlobus dan kaji ukuran, nodul tinggal atau multipel, apakah ada rasa nyeri pada saat di palpasi.
Pada saat
melakukan pemeriksaan, klien duduk atau berdiri sama saja namun untuk
menghindari kelelahan klien sebaiknya posisi duduk.Untuk hasil yang lebih baik,
dalam melakukan palpasi pemeriksa berada dibelakang klien dengan posisi kedua
ibu jari perawat dibagian belakang leher dan keempat jari-jari lain ada diatas
kelenjar tiroid.
Palpasi testes di lakukan dengan posisi tidur dan tangan perawat harus dalam keadaan hangat. Perawat memegang lembut began ibu jari dan dua jari lain, bandingkan yang satu dengan yang lainnya terhadap ukuran/besarnya, simetris tidaknya nodul. Normalnya testes teraba lembut, peka terhadap sinaar dan sinyal seperti karret.
Palpasi testes di lakukan dengan posisi tidur dan tangan perawat harus dalam keadaan hangat. Perawat memegang lembut began ibu jari dan dua jari lain, bandingkan yang satu dengan yang lainnya terhadap ukuran/besarnya, simetris tidaknya nodul. Normalnya testes teraba lembut, peka terhadap sinaar dan sinyal seperti karret.
3) Auskultasi
Mendengarkan bunyin tertentu dengan bantuan stetoskop dapat menggambarkan berbagai perubahan dalam tubuh.Auskultasi pada daerah leher, diatas kelenjar tiroid dapat mengidentifikasi“ bruit“. Bruit adalah bunyi yang dihasilkan oleh karena turbulensi pada pembuluh darah tiroidea. Dalam keadaan normal, bunyi ini tidak terdengar.
Mendengarkan bunyin tertentu dengan bantuan stetoskop dapat menggambarkan berbagai perubahan dalam tubuh.Auskultasi pada daerah leher, diatas kelenjar tiroid dapat mengidentifikasi“ bruit“. Bruit adalah bunyi yang dihasilkan oleh karena turbulensi pada pembuluh darah tiroidea. Dalam keadaan normal, bunyi ini tidak terdengar.
Dapat
diidentifikasi bila terjadi peningkatan sirkulasi darah ke kelenjar tiroid
sebagai dampak peningkatan aktivitas kelenjar tiroid.
Auskultasi dapat pula dilakukan untuk mengidentifikasi perubahan pada pembuluh darah dan jantung seperti tekanan darah, ritme dan rate jantung yang dapat menggambarkan gangguan keseimbangan cairan, perangsangan katekolamin dan perubahan metabilisme tubuh.
Auskultasi dapat pula dilakukan untuk mengidentifikasi perubahan pada pembuluh darah dan jantung seperti tekanan darah, ritme dan rate jantung yang dapat menggambarkan gangguan keseimbangan cairan, perangsangan katekolamin dan perubahan metabilisme tubuh.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pemeriksaan fisik terhadap
kondisi kelenjar hanya dapat dilakukan terhadap kelenjar tiroid dan kelenjar
gomad pria (testes). Adapun tahap pemeriksaan fisik system endokrin adalah
meliputi inspeksi, palapasi. Auskultasi.
Pemeriksan fisik meliputi juga terdiri
dari tehnik-tehnik pemeriksaan fisik yaitu berupa : kulit, plpasi, kuku,
rambut, muka, kelenjar thyroid, fungsi motorik, fungsi sensorik, system
musculoskeletal, Hipokalsemi Tetani.
3.2 Saran
Demikianlah makalah yang dapat
penulis, semoga apa yang telah penulis buat dapat bermamfaat bagi pmbaca dan
pembaca juga memahami isidari makalah kami tersebut. Kamipun berharap pembaca
dapat memberikan krikan maupun saran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar